Jumat, 23 Juni 2017

Tire Pressure Monitor System (TPMS), Mendeteksi Tekanan Angin Ban

Tyre Pressure Monitor System (TPMS)


Memeriksa tekanan angin ban mobil secara berkala kelihatannya merupakan pekerjaan sangat sederhana bahkan cenderung dianggap pekerjaan sepele yang sering diabaikan oleh para pengendara mobil.

Tekanan angin ban yang sesuai dengan standar sangat diperlukan untuk menghasilkan kenyamanan saat berkendara, mengurangi tingkat gesekan, dan yang terutama meningkatkan keselamatan saat berkendara.

Untuk membantu pengemudi mengetahui kondisi tekanan ban mobilnya, beberapa pabrikan mengaplikasikan sistem TPMS, Tire Inflation Pressure Monitor Systems, yang dapat memberikan informasi mengenai kondisi tekanan angin ban setiap roda.



Tire Pressure Monitor System (TPMS), Mendeteksi Tekanan Angin Ban
Indikator TPMS

Ikuti Petunjuk Tekanan Ban Yang Dianjurkan Oleh Pabrikan

Pabrikan mobil biasanya akan memberikan petunjuk atau keterangan mengenai tekanan ban yang harus diikuti pada setiap tipe mobil. Petunjuk mengenai tekanan ban ini biasanya ditulis pada buku pedoman pemilik dan pada stiker yang ditempel di pilar pintu mobil agar mudah dibaca.

Ban mobil dirancang untuk bekerja pada tekanan tertentu, untuk menghasilkan kenyamanan berkendara, kemampuan mengangkut beban, dan memperkecil Rolling resistance.

Ban dengan tekanan angin yang kurang sangat berbahaya dan dapat menimbulkan kecelakaan, khususnya  jika mobil membawa  beban yang berat  dan melaju dengan kecepatan tinggi di jalan tol pada cuaca panas. Ban mobil yang bekerja dengan kondisi seperti itu rawan untuk meledak.

Catatan :
Pada bagian samping ban selalu tertera angka Maximum Cold inflation pressure.
Ingat angka ini BUKAN tekanan angin ban yang direkomendasikan.
Angka ini menunjukkan TEKANAN MAKSIMAL yang dapat diberikan pada ban tersebut.
Tekanan ban yang direkomendasikan pada kendaraan penumpang biasanya sekitar 32-34 psi (Dingin).


Tekanan Angin Ban Berlebihan

Menaikkan tekanan ban akan mengurangi Rolling  resistance (konsumsi BBM jadi irit). Juga  akan meningkatkan kemampuan mengangkut beban,namun kenyamanan berkendara akan berkurang karena ban terlalu keras.
Jangan pernah memberikan tekanan angin ban melebihi nilai tekanan maksimum yang tertera pada bagian samping ban, tekanan angin ban yang berlebihan akan memberikan tekanan yang berlebihan dan dapat membuat ban meledak.


Tekanan Angin Ban Kurang

Menurunkan tekanan ban akan membuat mobil lebih nyaman untuk dikendarai karena ban menjadi lebih empuk dan daya cengkeram ban ke jalan menjadi lebih baik.

Namun jika tekanan ban terlalu kurang, kemampuan mengangkut beban menjadi berkurang dan gaya gesek ke jalan menjadi tinggi sehingga tarikan mobil menjadi berat dan konsumsi BBM akan meningkat.
Ban dengan tekanan yang rendah juga akan lebih mudah mengalami keausan.


Kenapa...??


Karena gaya gesek yang besar dan tapak ban yang fleksibel akan membuat kembang ban mudah terkikis sehingga tapak ban menjadi aus dan menyentuh TWI dan ban harus diganti.

Tekanan angin ban yang rendah akan meningkatkan gesekan pada bagian tread dan sidewall ban sehingga temperatur ban menjadi panas.

Semua ban dirancang untuk bekerja pada temperatur tertentu sesuai dengan tingkatan nya, yang dapat dilihat pada bagian samping ban (A,B atau C dimana A tingkat yang paling bagus).

Saat ban dalam kondisi kurang angin, maka ban akan bekerja dalam temperatur yang lebih panas. Hal ini bisa saja menimbulkan potensi bahaya tergantung seberapa rendah tekanan angin, berat beban mobil, kecepatan mobil dan temperatur cuaca yang dapat membuat ban meledak.

Ban meledak dapat mengakibatkan kecelakaan fatal karena mobil akan kehilangan kendali, apalagi jika ban meledak terjadi pada kendaraan seperti truk dan SUV yang mempunyai ground clearance tinggi dapat mengakibatkan kendaraan terguling.

Tekanan Angin Ban Harus Diperiksa Secara Berkala

Tekanan angin ban harus diperiksa secara berkala ( setidaknya 2 Minggu atau 1 bulan sekali) karena secara alamiah tekanan angin setiap ban akan berkurang dengan sendirinya walaupun tidak ada kebocoran.


Kenapa tekanan angin ban bisa berkurang...??


Angin di dalam ban dapat mengalir keluar melalui pori-pori ban yang sangat kecil, kebocoran pada bagian Bead ban, bahkan angin dapat keluar melalui pori-pori velg.

Beberapa ban dapat kempes lebih cepat dibandingkan ban lain dan jika pada ban terdapat kebocoran yang sangat kecil maka ban bisa kempes lebih cepat lagi.

Kondisi tekanan angin ban tidak dapat diperiksa secara visual saja terutama pada ban radial yang mempunyai profil yang tipis.

Tekanan angin ban harus diperiksa saat kondisi dingin karena saat mobil berjalan gesekan dan panas akan menyebabkan tekanan di dalam ban meningkat. Temperatur udara luar juga akan mempengaruhi tekanan angin ban.

Pemeriksaan tekanan angin ban harus dilakukan menggunakan alat tire gauge yang akurat, banyak dijual alat pengukur tekanan ban yang murah namun sayangnya akurasinya kurang baik, begitu pula kondisi alat pengisi angin ban yang biasa dipasang di pom bensin banyak alatnya tidak akurat.



Lampu Peringatan Tekanan Angin Ban Rendah

Hentikan kendaraan dan periksa tekanan angin ban mobil anda jika lampu TPMS di instrumental panel menyala karena hal ini berarti tekanan angin ban dalam kondisi kurang.
Lampu peringatan ini akan menyala jika tekanan angin ban berkurang sampai 25 % dari seharusnya.

Saat kunci kontak diputar ke posisi On, lampu TPMS akan menyala sekitar 1 detik untuk memeriksa kondisi lampu TPMS dan kemudian akan mati jika kondisi tekanan angin ban semua dalam kondisi baik.
Jika lampu TPMS tidak segera mati atau lampu TPMS menyala saat mobil berjalan hal itu menandakan tekanan angin ban dalam kondisi kurang.


Catatan :
Jika Lampu TPMS berkedip itu berarti ada kerusakan yang terdeteksi oleh sistem TPMS yang membutuhkan analisa lebih lanjut.

Kerusakan yang umum terjadi seperti :
Tire Pressure sensor rusak, kerusakan pada keyless entry receiver modul, kerusakan Pada modul TPMS dan body control modul (BCM) atau kerusakan pada wiring.




Bagaimana Sistem Dapat TPMS Memonitor Tekanan Angin Ban ..??

Sistem TPMS akan memberikan peringatan kepada pengemudi jika tekanan angin ban berkurang sampai 25 % dari seharusnya.
Sistem TPMS yang digunakan untuk memonitor kondisi tekanan angin ban dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu :

  1. TPMS Direct Type
  2. TPMS Indirect Type


TPMS Direct Type (Mengukur Tekanan Ban Secara Langsung)

TPMS type ini secara langsung mengukur tekanan angin pada masing - masing ban dengan menggunakan sebuah sensor tekanan yang dipasang pada setiap ban.
Sensor tekanan mempunyai sebuah transporder yang akan memancarkan gelombang atau sinyal radio dan ditangkap oleh modul TPMS.

Modul TPMS akan mengidentifikasi sinyal yang dikirimkan oleh masing-masing sensor TPMS di tiap roda sehingga modul TPMS akan mengetahui kondisi tekanan angin tiap ban secara tepat.

Jika Modul TPMS mendeteksi ada tekanan angin ban yang kurang sampai melebihi nilai yang ditentukan maka Modul TPMS akan segera memerintahkan lampu indikator TPMS di dashbord untuk menyala atau menampilkan peringatan erupa tulisan yang ditampilkan di instrument panel.

Pada TPMS direct type ini sensor tekanan biasanya diletakkan pada dua posisi, ada yang diletakkan pada dasar velg di dalam ban dan ditahan menggunakan benda seupa sabuk baja yang panjag atau ada juga sensor yang dipasang pada bagian bawah pentil ban, type ini memanfaatkan badan pentil ban sebagai antena pemancar oleh karena itu tidak boleh menggunakan tutup pentil secara sembarangan.



TPMS Indirect Type (Mengukur Perbedaan Putaran Ban)


Tipe ini tidak mengukur tekanan ban secara langsung melainkan mengukur kecepatan putaran tiap-tiap ban yang kemudian  oleh modul dapat ditentukan kondisi tekanan angin tiap ban.

TPMS tipe ini memanfaatkan wheel speed sensor yang dipakai oleh sistem ABS, ya artinya sistem ini bekerja menggunakan komponen-komponen ABS yang softwarenya sedikit mengalami modifikasi.

Sistem ABS mampu membaca dan mempelajari kecepatan tiap-tiap roda saat mobi berjalan lurus dengan kecepatan yang tetap, dari hasil pembacaan kecepatan roda tersebut sistem ABS dapat menentukan kondisi tekanan angin ban jika terjadi perbedaan putaran diantara keempat roda.

Sistem ini sangat sederhana karena tidak membutuhkan sensor tambahan yang harus dipasang di luar atau di dalam ban, otomatis biaya pembuatannya akan lebih murah. Namun sayangnya sistem ini mempunyai beberapa kelemahan, diantaranya :


  • Sistem ini tidak dapat mendeteksi tekanan angin yang rendah jika hal tersebut dialami oleh kedua ban pada axle yang sama.
  • Sistem ini tidak dapat menentukan kondisi tekanan ban jika keempat ban mengalami tekanan yang kurang dalam jumlah yang sama.


Cara kerja TPMS inderct tipe yang menggunakan sistem ABS.

Jika ban kekurangan angin maka diameter ban akan berkurang sehingga ban tersebut akan berputar lebih cepat dibandingkan ban yang lainnya.

Tapi pada kebanyakan penerapan, perbedaan diameter ban akan dapat terdeteksi oleh wheel Speed sensor jika ban kehilangan berat 8 sampai 14 pound.
Tergantung pada jenis ban, diameter ban dan aspek rasio dan tingkat sensitivitas sistem ABS.

Perubahan diameter pada ban  profil rendah dengan sidewall yang kaku akan lebih kecil dibandingkan ban dengan aspek rasio yang lebih tinggi dengan sidewall yang lentur.

Akibatnya kehilangan tekanan sebesar 20 psi pada ban low profil hanya akan merubah diameter ban kurang dari 1 mm.
Sistem ABS pada umumnya tidak mampu mendeteksi perubahan diameter ban kurang dari 1 mm. Oleh karena itu sistem TPMS yang menggunakan ABS kurang sensitif jika dibandingkan dengan sistem direct TPMS yang menggunakan sensor tekanan di dalam ban.

TPMS yang menggunakan sistem ABS juga harus mempelajari ulang tanda-tanda putaran tiap roda jika ban diganti, diperbaiki atau setelah di rotasi.
Pengemudi harus menekan tombol reset yang terdapat di dashboard atau mengikuti petunjuk pada menu yang terdapat pada layar driver information.

Juga sangat penting untuk memastikan ban diberikan tekanan yang sesuai sebelum melakukan langkah kalibrasi atau jika tidak, modul tidak dapat dikalibrasi dengan tepat dan tidak dapat mendeteksi kekurangan angin ban.



Daya Tahan Baterai Sensor TPMS


Sistem direct TPMS mempunyai beberapa problem teknikal, salah satunya menyangkut daya tahan baterai sensor.
Pressure Sensor didalam tiap ban mempunyai sebuah baterai kecil untuk mengaktifkan sensor dan transponder. Baterai sensor kebanyakan menggunakan jenis baterai lithium 3 volt yang dapat bertahan sampai 10 tahun.
Umur baterai sensor dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya frekuensi pengiriman sinyal Sensor (seberapa sering Sensor memancarkan sinyal), penggunaan mobil (seberapa sering mobil dipakai), temperatur udara luar ( suhu yang panas akan memperpendek umur baterai).
Rata-rata baterai sensor TPMS dapat bertahan sampai tujuh tahun.

Pada umumnya baterai sensor TPMS dipasang dan tertutup rapat didalam Sensor TPMS sehingga tidak dapat diganti secara terpisah. Jika baterai sudah soak maka Sensor TPMS harus diganti.
Para ahli menyarankan untuk melakukan penggantian seluruh sensor TPMS jika salah satu baterai Sensor TPMS sudah soak dan umurnya sudah lebih dari lima tahun.


Kenapa..??


Alasannya karena umur baterai pada setiap sensor kurang lebih sama, jadi jika salah satu baterai Sensor sudah soak kemungkinan besar baterai Sensor yang lain juga sudah mendekati umur pakai nya.

Waktu yang tepat untuk melakukan penggantian sensor TPMS adalah saat melakukan penggantian ban.
Rata-rata ban dengan pengoperasian normal, tekanan angin yang sesuai dan spooring yang benar dapat bertahan 80.000 sampai 100.000 km, jadi jika saat itu anda melakukan penggantian ban, kemungkinan baterai yang berada di dalam sensor TPMS mungkin sudah mencapai masa penggantian juga.

Ada beberapa tools yang dapat mendeteksi kapasitas baterai sensor TPMS yang masih tersedia, walaupun tidak semua mobil dapat menampilkan data tersebut, namun sebagian besar mampu memberikan data tersebut.
 Alat tersebut akan mendeteksi kondisi baterai tiap Sensor dan menampilkan persentase kapasitas baterai yang tersisa.
Atau menampilkan indikator LOW jika kapasitas baterai tinggal 10 atau 15% yang diestimasi baterai mampu bertahan sekitar 6 sampai 9 bulan sebelum baterai benar-benar soak dan harus diganti.



Posisi  Sensor TPMS Di Dalam Ban

Salah satu isu lain yang menjadi perhatian pada sistem direct TPMS adalah mendeteksi posisi Sensor pada tiap-tiap roda.
Saat ban dirotasi posisi transponder tiap sensor pasti akan berubah.
Sehingga sistem perlu direset agar control  unit dapat mengetahui posisi tiap-tiap Sensor.
Proses reset ini mungkin mengharuskan pengemudi untuk menekan tombol reset di dashboard atau mengikuti petunjuk pada menu di driver information.


Pada beberapa aplikasi, seperti yang digunakan oleh Toyota, tiap Sensor TPMS mempunyai kode produksi yang unik dan harus diprogram pada masing-masing roda dengan menggunakan scantool.
Dan pada aplikasi yang umum diterapkan
Prosedur learning khusus harus dilakukan agar control unit dapat mempelajari lokasi tiap-tiap Sensor.
Prosedur learning ini berbeda-beda pada tiap merk mobil. Jika informasi tentang prosedur learning tidak terdapat pada buku pedoman pemilik, informasi tersebut dapat diperoleh dari petunjuk yang diterbitkan pabrikan ban.



Prosedur Reset Kalibrasi TPMS


Pada sistem TPMS yang diterapkan pada Corvette dan Cadillac, setiap transponder Sensor harus dikalibrasi setelah melakukan rotasi ban.

Prosedur ini dapat dilakukan dengan mendekatkan magnet J-41760 diatas Valve stem atau dengan menggunakan scantool tech 2 atau yang sejenisnya.

Menggunakan magnet :

Kunci kontak On, mesin posisi mati, tekan tombol lock dan unlock pada fob key.
Klakson akan berbunyi sekitar 10 detik yang menandakan Receiver TPMS sedang dalam mode programming. letakkan magnet pada bagian atas valve stem depan kiri sampai terdengar bunyi klakson. langkah ini membuat Sensor TPMS depan kiri memancarkan sinyal kode ke modul TPMS.
Ulangi prosedur tersebut secara berurutan pada roda kanan depan, kanan belakang dan kiri belakang. Pastikan pembacaan tekanan angin keempat sensor dapat ditampilkan pada display driver information modul.

Menggunakan Scantool

Scantool dapat digunakan untuk melakukan program ulang untuk menentukan lokasi ban setelah melakukan rotasi ban, ikuti saja petunjuk pada scantool saat sudah masuk ke menu "TPM Reprogramming Procedure."

Pada beberapa mobil jika instrument panel dilepas diperlukan pemorgraman ulang dengan menggunakan scantool agar sistem TPMS dapat berfngsi kembali dengan normal.

Begitu juga jika baterai dilepas atau baterai soak , dapat membuat control unit TPMS kehilangan memori tentang kondisi tekanan ban dan lokasi tiap-tiap sensor dan memunculkan kode kerusakan atau DTC.

Ada juga mobil yang menggunakan Module Keyless Entry System sebagai penerima sinyal gelombang radio yang dipancarkan oleh transponder wheel pressur sensor. Jika module ini mengalami masalah maka dapat mempengaruhi kerja sistem smart entry untuk membuka dan menutup pintu dan juga akan mempengaruhi kerja sistem TPMS.


Mobil-mobil merk Asia seperti Hyundai, Infiniti, Kia, Lexus, Mitsubishi, Nissan, Subaru, Suzuki dan Toyota pada umumnya menggunakan kode-kode khusus pada tiap sensor tekanan yang diprogram secara langsung kedalam control module TPMS saat mobil dirakit di pabrik.

Jika suatu saat salah satu sensor bawaan pabrik ini mengalami kerusakan dan diganti menggunakan sensor aftermarket makak kode sensor yang baru harus diprogram secara manual ke Control module TPMS menggunakan scantool. Prosedur programming ini dapat dilakukan menggunakan scantool after market dengan software yang mendukung pekerjaan ini atau jika tidak programming harus dilakukan di dealer resmi.


Prosedur reprogramming tidak perlu dilakukan jika hanya melepaskan ban,seperti saat melakukan pekerjaan perbaikan rem atau suspensi asalkan ban tersebut dipasang pada posisinya semula.
Namun jika ban dirubah posisinya seperti saat melakukan rotasi ban atau saat melakukan troubleshooting yang mengharuskan melakukan perubahan posisi ban prosedur reprogramming ini harus dilakukan menggunakan scantool atau special tools untuk relearn TPMS.


Tips :
Saat melepas lebih dari satu ban pada mobil yang menggunakan TPMS, berilah tanda pada masing-masing ban menggunakan kapur atau spidol untuk mencegah posisi ban tertukar saat pemasangan.

Ada beberapa perusahaan yang membuat tool TPMS seperti  Bartec, OTC, Schrader  dll. Harga yang ditawarkan pun bevariasi mulai ratusan ribu sampai jutaan rupiah tergantung dari model dan kemampuan alat tersebut. Tool aftermarket ini dapat diaplikasikan pada hampir semua merk mobil namun mempunyai keterbatasan fungsi atau fitur dibandingkan dengan alat scantool yang dikeluarkan pabrikan mobil.

Tool TPMS ini dapat berkomunikasi dengan sensor dan siste TPMS, dimana alat ini dapat mengaktihan sensor tekanan ban untuk mengirimkan sinyal. Kemuadian alat ini akan memprogram Module TPMS agar dapat mengetahui posisi tiap-tiap sensor.


Toyota biasanya menyediakan tombol reset yang dipasang di dalam glove box.
Putar kunci kontak ON, Tekan dan tahan tombol reset selama 3 detik. Jika lampu peringatan TPMS berkedip sebanyak 3 kali berarti proses reset telah berhasil. Tunggu selama 5 detik sebelum memutar kunci kontak ke posisi OFF agar sistem TPMS dapat mengenali pembacaan tekanan ban.



Jangan Menggunakan  Tire Sealer Pada Ban Yang menggunakan TPMS Sensor

Sangat tidak diperkenankan menggunakan tire sealer untuk memeprbaiki kebocoran pada ban yang menggunakan sensor TPMS.
Tire sealer yang dimasukkan kedalam ban ini dapat menutui sensor TPMS sehingga sensor tidak dapat membaca tekanan angin didalam ban secara normal.

Produk-produk Tire selaer selalu memberinkan label peringatan yang menyebutkan larangan untuk menggunakan produk tersebutpada ban yang menggunakan sensor TPMS.




Hal Yang Harus Diperhatikan Saat Melakukan Perbaikan Sistem TPMS 

Pada sistem TPMS tipe indirect yang menggunakan sistem ABS untuk memonitor tekanan angin ban tidak terlalu banyak hal yang harus diperhatikan saat melakukan sistem tersebut.
Yang harus diperhatikan adalah jangan lupa untuk mereset sistem setelah melakukan penggantian atau rotasi ban dan pastikan juga untuk memeriksa tekanan angin tiap ban sebelum melakukan prosedur reset.

Jika terjadi kerusakan pada sistem biasanya berhubungan dengan sirkuit wheel speed sensor ( seperti wiring, korosi pada konektor atau sensor yang rusak). Hal ini akan membuat sistem ABS juga tidak berfungsi sampai kerusakan diperbaiki.

Catatan :
Mengganti velg atau ban original dengan velg atau ban aftermarket yang ukurannya berbeda akan menggangu proses kalibrasi dan kerja sistem ABS/TPMS.



Pada mobil yang menggunakan Sistem TPMS type direct dimana sensor dan trasponder dipasang di dalam ban diperlukan beberapa perhatian khusus saat melepas dan memasang ban pada velg.

Pada ban tipe run-flat tyre bagian sisinya sangat kaku dan keras sehingga proses pembongkaran dan pemasangan tipe ban ini ke velgnya sangat sulit.
Hati-hati saat akan melepas ban menggunakan mesin Tyre changer jangan sampai merusak sensor yang terdapat didalam ban.



Mengganti sensor TPMS 

Jika sensor TPMS mengalami kerusakan sebaiknya ganti dengan yang baru karena sensor TPMS tidak dapat diperbaiki.

TPMS sensor yang beredar dipasaran sangat beragam dari segi desain dan konfigurasinya, jadi pastikan memilih sensor TPMS yang sesuai denga mobil. Sensor TPMS original yan dijual pada dealer resmi biasanya harganya sangat mahal sehingga banyak produk aftermarket yang beredar dipasaran .

Trend yang sekarang berkembang adalah penggunaan sensor TPMS "universal" . sebuah sensor yang dapat diprogram pada berbagai macam aplikasi kendaraan.



Ada masalah dengan mobil Anda...??  

Butuh Bantuan...???  

Silahkan hubungi kami..!!




www.montirpro.com  08111857333

Postingan Terkait

Tidak ada komentar:

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *