Kamis, 23 Agustus 2018

Menganalisa Kerusakan Transmisi Otomatis

Pemeriksaan Kerusakan Pada Transmisi Otomatis


Mobil yang menggunakan transmisi otomatis saat ini sudah sangat umum digunakan, terlebih di daerah perkotaan dimana tingkat kemacetannya sangat tinggi, transmisi otomatis memberikan kenyamanan berkendara yang jauh lebih baik dibandingkan transmisi manual, sehingga sekarang banyak orang yang beralih menggunakan transmisi otomatis.

Bagi sebagian besar pegendara mobil, mengetahui bagaimana transmisi otomatis bekerja merupakan sesuatu yang sangat misterius.
Mungkin sebagian pengemudi paham saat tuas transmisi dipindahkan ke posisi "D" maka mobil akan bergerak maju, jika tuas transmisi dipindahkan ke posisi "R" maka mobil akan bergerak mundur, atau saat akan parkir dan mematikan mesin tuas transmisi dipindahkan ke posisi "P".


Mereka mungkin juga tahu bahwa transmisi otomatis memerlukan oli khusus untuk transmisi otomatis atau ATF, namun jarang sekali ada yang rutin memeriksa jumlah oli transmisi otomatisnya atau memeriksa dipstick oli untuk memeriksa ketinggian oli, kecuali memang ada indikasi kebocoran oli.

Sehingga ketika mulai timbul gejala gangguan pada transmisi otomatis seperti kopling selip, perpindahan gigi yang kasar dan timbul bunyi yang kasar mereka akan kebingungan dan tidak memiliki gambaran apa yang kira-kira menjadi penyebab kerusakan tersebut.

Transmisi otomatis merupakan salah satu sistem komponen yang cukup rumit dan sensitif pada kendaraan, sehingga ketika terjadi kerusakan dibutuhkan tenaga ahli yang cukup berpengalaman dalam melakukan perbaikan transmisi otomatis untuk dapat melakukan diagnosa dengan benar.

Banyak hal yang dapat mengakibatkan kerusakan pada transmisi otomatis dimana harus dilakukan pemeriksaan dengan teliti untuk menentukan apakah kerusakannya disebabkan oleh  oli transmisi yang  kurang, kerusakan selenoid, kontroler atau valve body.

Pemeriksaan dan perbaikan transmisi otomatis merupakan pekerjaan yang sangat menyita waktu sehingga banyak bengkel yang memilih mengganti transmisi secara gelondongan dibandingkan dengan melakukan overhaul.


Volume Oli Transmisi Otomatis dan Kebocoran Oli.


Salah satu keluhan yang sering dijumpai pada transmisi otomatis adalah kebocoran oli. Kebocoran oli dapat terjadi melalui seal drive shaft, seal input shaft, gasket karter transmisi, torque converter atau ATF cooler dan pada sambungan-sambungan saluran oli.


Jika volume oli transmisi otomatis kurang dapat menimbulkan beberapa gejala seperti
  • Transmisi lambat terhubung saat tuas transmisi dipindahkan keposisi D atau drive,
  • Perpindahan gigi atau  pertautan gigi terasa menjadi  lambat saat melaju dengan posisi D atau Drive.

Pada kebanyakan mobil, ketinggian oli transmisi otomatis harus diperiksa saat oli sudah panas dan mesin dalam keadaan idle, posisi tuas transmisi di posisi P dan rem parkir ditarik.
Jika oli kurang  tambahkan sampai oli transmisi mencapai tanda FULL.
Jangan mengisi oli transmisi otomatis secara berlebihan karena hal tersebut dapat menimbulkan aerasi (kemasukan udara) pada oli transmisi yang dapat menggangu kinerja trasnmisi otomatis.




Jika pengukuran oli transmisi otomatis pada dipstick menunjukan LOW, periksa dari kemungkinan adanya kebocoran oli transmisi. Lihat bagian kolong mobil apakah ada tetesan oli berwarna merah ciri khas oli transmisi otomatis.  Jika tidak ada kebocoran yang terlihat, periksa air radiator apakah bercampur dengan oli transmisi otomatis. ATF cooler yang terdapat di dalam radiator mungkin saja bocor sehingga oli transmisi akan bercampur dengan air radiator.


Periksa juga kondisi dari oli transmisi otomatis. Oli transmisi akan mengalami perubahan warna dan akan sedikit lebih gelap seiring pemakaian. Namun jika oli transmisi otomatis berwarna coklat atau tercium bau gosong kemungkinan oli telah mengalami oksidasi dan perlu segera diganti.

Anda juga dapat memeriksa kondisi oli transmisi otomatis dengan "blotter test". Teteskan beberapa tetes oli transmisi otomatis pada kertas tisu. Jika tetesan oli melebar dan warnanya terlihat merah atau coklat terang berarti oli transmisi otomatis masih dalam keadaan bagus. Namun jika tetesan oli tidak melebar dan warnanya sangat gelap kemungkinan oli telah teroksidasi dan perlu diganti.



Banyak para ahli transmisi otomatis yang mengatakan bahwa masalah pada transmisi otomatis dapat dicegah dengan mengganti oli transmisi otomatis dan filternya secara berkala sebagai preventive maintenance. Berapa lama penggantian oli transmisi otomatis tergantung bagaimana mobil tersebut dikendarai sehari-hari.  Pada beberapa kendaraan penggantian oli transmisi otomatis dilakukan setiap 40.000 Km atau dua tahun sekali.

Semakin berat kerja sebuah transmisi otomatis maka olinya akan lebih panas. Daya tahan pelumas akan turun drastis jika suhunya pernah mencapai 95 derajat celcius. Menggunakan ATF cooler  aftermarket tambahan yang dikombinasikan dengan OEM ATF cooler sangat dianjurkan untuk kendaraan yang digunakan menarik trailer atau kerjanya cukup berat agar temperatur  oli transmisi otomatis tidak terlalu panas.


ATF atau oli transmisi otomatis lama kelamaan juga akan terkontaminasi partikel-pertikel yang terlepas dari kampas kopling karena aus, bushing dan gear. Filter akan menyaring kotoran-kotoran tersebut  sebelum menjadi masalah. Namun banyak transmisi produksi Asia terdahulu hanya menggunakan plastic screen atau metal screen yang tidak dapat memberikan perlindungan maksimal pada oli dari kontaminasi internal yang terjadi. Pada mobil-mobil ini penggantian oli merupakan satu-satunya jalan untuk mengeluarkan kontaminan tersebut.


Cara Mengganti Oli Transmisi Otomatis




Gunakan Oli Transmisi Otomatis Yang Sesuai Spesifikasi

Saat akan menambah atau mengganti oli transmisi otomatis, gunakanlah oli transmisi otomatis yang direkomendasikan oleh pabrikan.
Pabrikan - pabrikan mobil seperti GM, Ford, Toyota, Mreceds Benz dan mobil lainnya mempunyai spesifikasi oli transmisi otomatis yang berbeda-beda.

Sebenarnya tidak tepat jika dikatakan ada oli "universal" yang cocok dengan semua jenis transmisi otomatis. Memang banyak oli transmisi otomatis universal yang memang memenuhi beberapa spesifikasi pabrikan, namun tidak ada satupun produk oli yang dapat memenuhi seluruh spesifikasi pabrikan karena friction additive yang dibutuhkan sangat bervariasi.

Ford mempunyai 3 spesifikasi oli transmisi yang berbeda, yaitu:

  • Type F ( non-friction modified formula untuk transmisi produksi tahun 1964 - 1981)
  • Mercon (mempunyai friction modified ATF yang mirip dengan Dexron II untuk transmisi produksi 1988-1997)
  • Mercon V (friction modified terakhir yang diperkenalkan pada tahun 1997)


General Motor telah memproduksi oli transmisi otomatis Dexron II, III dan VI. Semuanya mempunyai formula friction modified.
Dexron III dapat digunakan pada transmisi otomatis GM yang lebih tua yang membutuhkan oli dengan spesifikasi Dexron II.
Dexron VI mulai diperkenalkan pada tahun 2006 untuk GM Hydra-Matic 6L80 transmisi 6 percepatan penggerak roda belakang.
Saat ini Dexron VI menggantikan Dexron III dan II dan dapat digunakan pada mobil produksi GM dan mobil merk lain yang sebelummya menggunakan Dexron III dan II.


Kode DTC Transmisi Otomatis

Jika lampu cek engine menyala berarti komputer mobil telah mendeteksi terjadinya kerusakan dan memunculkan kode DTC. Tidak ada cara lain untuk mengetahui apakah hal tersebut berhubungan dengan kode DTC mesin, transmisi atau body kecuali dengan menghubungkan scantool ke diagnostic connector untuk membaca kode DTC yang tersimpan pada memori control module.


Jika lampu Overdrive (OD) transmisi otomatis menyala atau berkedip, berarti sistem kontrol transmisi otomatis telah mendiagnosa adanya kerusakan internal transmisi otomatis.

Untuk dapat menganalisa masalah maka harus dengan menghubungkan scantool yang mempunyai kemampuan membaca kode DTC untuk sistem transmisi otomatis ke diagnostic connector mobil.

Scantool akan menampilkan kode DTC transmisi otomatis yang menyebabkan lampu Overdrive menyala. Apa yang harus dilakukan selanjutnya tergantung kode DTC yang muncul. Jika kode DTC tersebut mengindikasikan masalah performa komponen internal transmisi maka kemungkinan transmisi perlu dioverhaul. Namun jika kode DTC mengindikasikan kerusakan pada sistem elektrikal saja , seperti sensor dan selenoid yang rusak maka perbaikannya tidak terlalu sulit karena tidak perlu melakukan overhaul transmisi otomatis.

Kode DTC kerusakan elektrikal transmisi otomatis akan muncul saat sistem kontrol transmisi  (TCM=Transmission Control Module) atau PCM mendeteksi terjadinya open circuit atau short circuit pada shift solenoid, shaft speed sensor dan komponen lainnya. Kode DTC performa transmisi otomatis akan muncul saat komputer mengirimkan perintah, seperti perpindahan gigi 2-3 namun tidak direspon dengan baik oleh transmisi.


Untuk menganalis kode DTC yang berhubungan dengan kerusakan elektrikal dapat dengan menggunakan AVO meter untuk melakukan berbagai pengukuran seperti pemeriksaan tahanan solenoid. Jika solenoid short circuit dan open circuit atau diluar spesifikasi berarti solenoid harus diganti.


Sedangkan untuk menganalisa kode DTC terkait performa transmisi otomatis membutuhkan diagnosa lebih jauh lagi, ganggua pada performa transmisi otomatis bisa juga dikarenakan adanya kerusakan pada sistem kelistrikannya, seperti kerusakan pada sensor dan solenoid.


Sistem elektronik transmisi otomatis menggunakan speed sensor untuk memonitor perpindahan gigi dan untuk mengetahui apa yang terjadi didalam transmisi otomatis.

Ketika terdeteksi hal-hal yang tidak sesuai maka akan muncul kode DTC "ratio error" untuk memberi tahu ada yang salah pada perpindahan gigi transmisi otomatis. Hal ini dapat menyebabkan transmisi otomatis masuk ke mode default atau limp-in mode, yang biasanya akan membuat semua solenoid OFF dan tarnsmisi hanya bisa berjalan dengan gigi 2 dan 3.

Satu-satunya cara untuk menganalisa kerusakan seperti ini adalah dengan mengikuti diagnostic chart sesuai dengan kode DTC yang muncul. Kode DTC ratio error seringkali disebabkan oleh kerusakan speed sensor yang ada pada input shaft dan output shaft.

Terlepas dari apapun kode DTC yang muncul, sangat disarankan sebelum melakuakn diagnosa lebih lanjut  untuk memeriksa technical service bulletin atau TSB yang dikeluarkan pabrikan yang berhubungan dengan kode DTC atau keluhan pada transmisi otomatis.

Ada banyak informasi yang mungkin dapat ditemukan untuk perbaikan transmisi otomatis di dalam TSB, yang mungkin hanya membutuhkan penggantian komponen tertentu saja atau bahkan cukup hanya dengan melakukan programming transmission control module (TCM).

Beberapa transmisi otomatis pada mobil Chrysler ada yang mengeluhkan terjadinya "bump shift" atau perpindahan gigi yang menyentak. Sebenarnya tidak ada yang salah pada transmisi otomatisnya, namun hanya  perlu dilakukan program pada komputernya untuk kalibrasi shift pointnya.


Beberapa masalah pada transmisi otomnatis mungkin dapat diselesaikan hanya dengan melakukan program "learning" saja. Program learning juga selalu harus dilakukan saat melakukan penggantian  transmission control module.

Chrysler mengeluarkan TSB bagaimana melakukan prosedur learning secara manual tanpa menggunakan scantool saat ada keluhan menyangkut sistem kerja transmisi otomatisnya. Prosedur learning tersebut memungkinkan komputer transmisi otomatis mempelajari kembali titik -titik perpindahan gigi (shift poin) yang tepat.

Berikut prosedur learning transmisi otomatis secara manual:

Prosedur Learning Transmisi Otomatis:


  • Lepaskan kabel baterai untuk menghapus memori komputer
  • Hubungkan kembali kabel baterai dan hidupkan mesin.
  • Jalankan mobil sambil menjaga pembukaan thrttle valve yang konstan saat akselerasi sampai terjadi perpindahan gigi transmisi hingga gigi 4. 
  • Jika perpindahan gigi berlangsung dengan baik maka transmisi akan masuk ke gigi 4 saat kecepatan mobil berada diantara 60-80 km/jam. 
  • Ulangi langkah ini mulai dari posisi berhenti sebanyak 15 sampai 20 kali.
  • Dengan mobil berjalan pada kecepatan kurang dari 40 Km/jam, injak pedal gas secara penuh sebanyak 5-8 kali ( wide open throttle kickdown) untuk menurunkan gigi percepatan dari gigi 2 atau 3 menuju gigi 1. 
  • Jalankan kendaraan pada gigi 2 dan 3 setidaknya selama 5 detik sebelum melakukan kickdown dan ingat kickdown hanya dilakukan saat mobil berjalan kecepatan kurang dari 40km/jam.
  • Dengan mobil melaju pada kecepatan 60-80 Km/jam, lakukan 5 sampai 8 kali throttle kickdown untuk memindahkan gigi percepatan dari gigi 4 ke gigi 3 atau 2. Sekali lagi teruskan mengemudi setidaknya selama 5 detik pada gigi 4 sebelum mengulangi melakukan kickdown.



Ada masalah dengan mobil Anda...??  

Butuh Bantuan...???  

Silahkan hubungi kami..!!




Postingan Terkait

Tidak ada komentar:

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *